Kamis, 03 Mei 2012

LIMA NASEHAT AGAMA

Firman Allah SWT :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”                         (Q.S. Al Hasyr : 18)
Alhamdulillah, detik-detik peralihan dari tahun 1428 H ke tahun 1429 H telah berlalu dan berjalan dengan mulus, semoga kemulusan ini menandai kesuksesan langkah-langkah kita. Dalam memasuki hari-hari yang baru seyogyanya bagi kita untuk senantiasa melakukan “Muhasabah” membuat perhitungan dan neraca untung rugi apa yang telah kita lakukan. Dengan masuknya tahun baru kita hilangkan persepsi sementara orang bahwa dengan bertambahnya tahun, maka akan bertambah pula umurnya. Ini adalah persepsi yang sangat keliru. Bertambahnya tahun, bukan berarti bertambahnya umur kita, tetapi bertambahnya tahun berarti akan memberikan pelajaran yang tidak sedikit dalam perjalananan hidup kita. Dan bagi umat Islam waktu maupun hari, apapun yang berlaku di alam semesta ini adalah dalam genggaman Allah “Allah Malikal Mulk”.
Dalam haditsnya Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Barangsiapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka dialah orang yang beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka dialah orang yang rugi. Dan barangsiapa hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka dialah orang yang tercela”.
Oleh karena itu tidak ada pilihan yang lain bagi kita kecuali memilih yang pertama, yakni menjadi orang yang beruntung, dengan bertekad untuk meningkatkan kualitas hidup di masa-masa yang akan datang.
Diceritakan dari Abu Hurairah ra, suatu ketika ditengah-tengah para sahabatnya Rasulullah SAW menyampaikan satu penawaran (motivasi agar para sahabatnya semakin bertaqwa kepada Allah SWT). Penawaran ini terkenal dalam literatur-literatur Hadits disebut sebagai lima prinsip ajaran yang sangat penting atau lima nasehat agama.
Adapun lima nasehat agama yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW itu adalah :
Pertama    :“Ittaqil maharim takun ‘abadan-nas“
(Hindarilah hal-hal yang diharamkan oleh Allah, niscaya engkau menjadi orang yang paling baik ibadahnya kepada Allah SWT)
Agar nilai ibadah kita diperhatikan dan diterima oleh Allah SWT, ada sisi-sisi tertentu yang sangat penting harus diperhatikan, yakni bahwa ibadah yang kita lakukan jangan sampai sedikitpun tercampur dengan aktifitas maksiat kepada Allah SWT sehingga menjadi orang yang bersih. Orang yang bersih akan selalu menghindar dari kemungkaran dan kemaksiatan, dan tidak akan ikut berbuat kemungkaran dan kemaksiatan meskipun dalam lingkungan dan suasana yang mungkar dan maksiat. Dengan demikian antara ibadah yang kita jalankan sinkron dengan kehidupan sehari-hari dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Kedua    :”Wardla bima qasamullahu laka takun aghan-nas”
(Terimalah dengan suka cita, senang hati pa yang sudah diberikan Allah kepadamu niscaya engkau akan menjadi orang yang merasa kaya).
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita memang ke sana ke mari mengejar rezki bagaikan burung-burung ketika mencari makan. Tetapi kalau burung setiap sore hari sudah merasa puas dan pulang ke sangkarnya, namun kebanyakan manusia banyak yang merasa tidak puas bahkan menggerutu kepada Allah SWT.  Rasulullah SAW bersabda :
“Seandainya cucu Adam memperoleh dua lembah yang berisi emas, niscaya dia akan meminta tiga lembah’                     (Muttafaqun ‘Alaih)
Penyebab terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan pelanggaran-pelanggaran baik yang berkaitan dengan ekonomi maupun lainnya adalah ketidak puasan yang sering muncul dalam hati manusia. Akan tetapi kalau seseorang bersifat “Qonaah”, Insya Allah akan menjadi orang yang lurus dan tidak terseret ke dalam perbuatan yang tidak di ridhai oleh Allah SWT.
Ketiga    :”Wa-ahsin jarika takun mukminan”
(Berbuat baiklah kepada tetangga niscaya kamu menjadi mukmin sejati)
Salah satu syarat kesempurnaan iman kita diukur dari sejauh mana sikap baik kita kepada tetangga. Bahkan interaksi kehidupan bertetangga ini menjadi tolok ukur sejauh mana shalat, puasa dan hajinya patut diterima oleh Allah SWT.
Rasulullah SAW pernah menjelaskan bahwa seseorang yang mulut dan perilakunya menyakiti tetangga, sungguhpun tekun, zakatnya banyak, puasanya penuh, hajinya berkali-kali, maka dia adalah ahli neraka. Naudzubillahi min-dzalik. Oleh karena itu disamping kita meningkatkan kualitas ibadah, kita patut menjaga kualitas pergaulan kita yang Islami, berbuat baik kepada tetangga baik tetangga dekat maupun tetangga jauh.
Keempat:”Wa-ahibba linnasi ma-tuhibbu linafsihi takun musliman”
(Cintailah orang lain sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri niscaya engkau menjadi muslim sejati).
Kesimpulan kita terkadang ternoda oleh sikap kita sendiri, dan kesempurnaan Islam kita juga merupakan hasil upaya kita dalam berbuat sebaik-baiknya kepada diri kita dan orang lain.
Diceritakan dari Anas Bin Malik ra. Rasulullah Saw bersabda :
“Orang belum dapat merasakan kemanisan iman, sampai ia dapat mencintai orang lain yang hanya dicintainya karena Allah saja, sampai ia lebih suka dilemparkan ke dalam api daripada kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya ; dan sampai ia mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lainnya”                            (H.R. Bukhari).
Dari hadits ini kiranya dapat kita jadikan sebagai pelajaran bahwa apapun yang kita senangi, baik berupa kebahagiaan maupun kebaikan yang telah kita kenyam seyogyanya dapat pula dikenyam oleh saudara-saudara -.sesama umat Islam.
Kelima    :”Wala tuktsiridlihiki fa-inna katsratadh-dhihiki tumitulqalb”
(Janganlah engkau terlalu memperbanyak tertawa, sebab banyak tertawa akan membuat hati mati).
Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Barangsiapa yang tertawa pada masa mudanya, dia akan menangis pada masa pikunnya. Dan barangsiapa yang tertawa pada masa hidupnya, dia akan menangis pada waktu matinya”. 
Dalam haditsnya yang lain Rasulullah SAW juga bersabda :
“Bacalah Al Qur’an dan meangislah. Kalau kamu tidak dapat menangis, maka berpura-pura menangislah (berusaha menangis”
Inilah Lima Nasehat Agama yang sangat penting yang pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada Abu Hurairah ra.dan para sahabat lainnya. Semoga kita dapat mengamalkannya, senantiasa berusaha terus menerus meningkatkan taqwa kepada Allah SWT sepanjang hidup ini sampai kita memperoleh kepastian bahwa ketika kita dipanggil oleh Allah SWT memang berada dalam Islam dan dalam ketaqwaan yang prima, serta termasuk golongan orang-orang yang beruntung yang senantiasa mendapat ridho Allah SWT. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

1 komentar: