Kamis, 03 Mei 2012

BAGAIMANA MENJADI SUKSES DALAM HIDUP

Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid
 
Cara mendapatkan kesuksesan dan kemakmuran di dunia ini dan jenis hereafter.What keberhasilan atau kemakmuran yang islam ingin keuntungan umat islam di dunia ini.
Alhamdulillah.
Ketenangan pikiran, kebahagiaan kepuasan, dan kebebasan dari kekhawatiran dan kecemasan ... ini adalah apa yang diinginkan semua orang, dan ini adalah cara di mana orang dapat memiliki kehidupan yang baik dan menemukan kebahagiaan lengkap dan sukacita. Ada sarana keagamaan untuk mencapai itu, dan cara alami dan praktis, tapi tidak ada yang dapat menggabungkan semua dari mereka kecuali orang beriman, meskipun orang lain mungkin mencapai beberapa dari mereka, mereka akan kehilangan orang lain.
Ada berikut ringkasan dari sarana untuk mencapai tujuan ini untuk semua orang yang berjuang. Dalam beberapa kasus, mereka yang mencapai banyak dari mereka akan hidup penuh sukacita dan kehidupan yang baik, dalam kasus lain, mereka yang gagal untuk mencapai semua dari mereka akan hidup dalam kesengsaraan dan penderitaan. Dan ada orang lain yang di antaranya, sesuai dengan apa yang berarti ia mampu mencapai. Ini berarti antara lain:
1 - Iman dan amal saleh:
Ini adalah yang terbesar dan paling mendasar cara. Allah berfirman (interpretasi artinya):
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh - baik pria maupun wanita - saat ia (atau dia) adalah mukmin sejati (dari Tauhid Islam) sesungguhnya kepadanya Kami akan memberikan kehidupan yang baik (di dunia ini dengan hormat, kepuasan dan ketentuan halal), dan Kami akan membayar mereka tentu hadiah sebanding dengan yang terbaik dari apa yang mereka kerjakan (yaitu surga di akhirat) "
[Al-Nahl 16:97]
Allah memberitahu kita dan berjanji kepada kita bahwa siapa pun menggabungkan iman dengan amal saleh akan memiliki kehidupan yang baik dan pahala yang baik di dunia ini dan di akhirat.
Alasan untuk itu adalah jelas: mereka yang percaya pada Allah - dengan iman yang tulus yang memotivasi mereka untuk melakukan amal saleh bahwa perubahan hati dan sikap dan menuntun mereka ke jalan yang lurus di dunia dan akhirat - mengikuti prinsip-prinsip dan pedoman dengan cara yang mereka menghadapi segala sesuatu yang terjadi kepada mereka, baik penyebab kebahagiaan dan kegembiraan atau penyebab kecemasan, kekhawatiran dan kesedihan.
Mereka berurusan dengan hal-hal yang mereka suka dengan menerima mereka dan memberikan berkat bagi mereka, dan menggunakan mereka dalam cara yang baik. Ketika mereka berurusan dengan mereka dengan cara ini, yang menciptakan di dalam mereka rasa kegembiraan dan harapan bahwa itu akan berlanjut dan bahwa mereka akan diberi imbalan untuk rasa terima kasih mereka, yang lebih penting daripada hal baik yang terjadi pada mereka. Dan mereka berurusan dengan hal-hal buruk, kekhawatiran dan kesusahan dengan menolak orang-orang bahwa mereka dapat menolak, mengurangi mereka yang mereka dapat meringankan, dan bantalan dengan kesabaran yang baik-baik yang mereka tidak dapat menghindari. Dengan demikian sebagai akibat dari hal-hal buruk mereka mendapatkan banyak manfaat, pengalaman, kesabaran kekuatan, dan harapan akan imbalan, yang lebih penting dan mengurangi kesulitan yang mereka telah mengalami dan menggantinya dengan kebahagiaan dan harapan bagi karunia dan pahala Allah. Nabi (damai dan berkah Allah atasnya) menyatakan hal ini dalam sebuah hadits shahih di mana ia berkata: "Sungguh ajaib keadaan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik. Jika sesuatu yang baik terjadi padanya, ia mengucap syukur untuk itu dan itu adalah baik baginya, jika sesuatu yang buruk terjadi padanya, ia bersabar dengan, dan itu adalah baik baginya. Ini tidak berlaku untuk siapa pun kecuali orang percaya "(HR. Muslim, no. 2999)..
Nabi (damai dan berkat Allah besertanya) mengatakan kepada kita bahwa orang percaya selalu mendapatkan dan pahala untuk setiap perbuatan selalu mengalikan, tidak peduli apa yang terjadi padanya, baik atau buruk.
2 - Menjadi baik kepada orang-orang dalam kata dan perbuatan, dan segala macam berbuat baik. Ini adalah salah satu cara menghapus kekhawatiran, kesedihan dan kecemasan. Dengan ini berarti bangsal Allah dari kekhawatiran dan kesusahan dari benar dan tidak bermoral seperti, tapi orang percaya yang memiliki bagian lebih besar dari itu, dan dibedakan oleh kenyataan bahwa kebaikannya kepada orang lain berasal dari ketulusan dan harapan pahala, sehingga Allah memudahkan baginya untuk berbuat baik kepada orang lain karena harapan bahwa ini akan membawa hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal buruk, melalui ketulusan dan harapan imbalan. Allah berfirman (interpretasi artinya):
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan pembicaraan rahasia mereka menyimpan (dalam) dia yang perintah shadaqah (amal di Penyebab Allah itu), atau Ma'roof (Monoteisme Islam dan semua perbuatan baik dan benar yang Allah telah ditahbiskan), atau konsiliasi antara umat manusia , dan dia yang hal ini, mencari Kesenangan baik Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar "

[Al-Nisa '4:114]
Bagian dari itu pahala yang besar adalah bantuan dari kekhawatiran, kesusahan, kesulitan, dll
3 - Lain dari cara menangkal kecemasan yang berasal dari ketegangan saraf dan sedang sibuk dengan pikiran mengganggu adalah untuk menempati diri dengan perbuatan baik atau pengetahuan yang bermanfaat mencari, untuk itu akan mengalihkan perhatian satu dari memikirkan hal-hal yang menyebabkan kecemasan. Dengan cara ini seseorang bisa lupa tentang hal-hal yang membuatnya khawatir dan tertekan, dan ia dapat menjadi bahagia dan lebih energik. Ini adalah cara lain bahwa orang percaya dan orang lain memiliki kesamaan, tetapi orang percaya dibedakan oleh, ketulusan iman dan harapan pahala ketika ia menempati dirinya dengan pengetahuan yang dia belajar atau mengajar, atau dengan perbuatan baik yang dia lakukan.
Pekerjaan yang ia menempati dirinya harus sesuatu yang dia suka dan menikmati, karena yang lebih mungkin untuk menghasilkan hasil yang diinginkan. Dan Allah tahu yang terbaik.
4 - Hal lain yang dapat menangkal kekhawatiran dan kecemasan memfokuskan pikiran seseorang tentang semua hari ini, dan tidak khawatir tentang masa depan atau berduka tentang masa lalu. Oleh karena itu Nabi (damai dan berkah Allah atasnya) mencari perlindungan dengan Allah dari khawatir dan menyesal, dari penyesalannya hal di masa lalu yang satu tidak dapat menempatkan hak atau perubahan, dan khawatir yang mungkin datang karena takut untuk masa depan. Maka, orang harus fokus hanya pada hari ini, dan memfokuskan upaya seseorang untuk mendapatkan hal yang benar hari ini. Karena jika seseorang difokuskan pada itu, ini berarti bahwa ia akan melakukan hal-hal baik dan melupakan khawatir dan menyesal. Ketika Nabi (damai dan berkat Allah besertanya) mengatakan doa 'atau mengajarkan doa untuk umatnya, serta mendesak mereka untuk mencari bantuan dari Allah dan harapan bagi karunia-Nya, ia juga mendesak mereka untuk berusaha untuk mencapai hal yang mereka berdoa untuk melalui usaha mereka sendiri dan melupakan hal yang mereka sedang berdoa akan ditangkal dari mereka. Karena zikir, doa (permohonan) harus disertai dengan tindakan. Jadi seseorang harus berusaha untuk mencapai apa yang akan menguntungkan dirinya dalam hal duniawi dan rohani, dan meminta Tuhan untuk membuat usahanya berhasil, dan dia harus mencari bantuan-Nya dalam hal itu, sebagai Nabi (damai dan berkah Allah atasnya) berkata: "Berjuanglah untuk itu yang akan menguntungkan Anda dan mencari bantuan dari Allah, dan jangan tak berdaya. Jika sesuatu (buruk) yang terjadi pada Anda, jangan katakan, 'Kalau saja aku melakukan seperti dan itu, maka seperti dan itu akan terjadi.' Sebaliknya Anda harus mengatakan, 'Qaddara Allah wa ma sha'a fa'ala (Allah keputusan, dan apa yang Dia kehendaki Dia lakukan),' untuk (kata) 'Kalau saja' membuka pintu untuk setan "(HR. Muslim. ). Nabi (damai dan berkat Allah besertanya) yang terhubung soal berjuang untuk mencapai hal-hal yang baik dengan masalah mencari bantuan dari Allah dan tidak menyerah pada perasaan tidak berdaya yang merupakan jenis berbahaya dari kemalasan, dan dengan masalah ini menerima hal-hal di masa lalu yang berlebihan dan dilakukan dengan, dan mengakui bahwa kehendak dan ketetapan Allah pasti akan terjadi. Dia menggambarkan hal-hal sebagai dua jenis:
1 - Hal-hal yang seseorang mungkin berusaha untuk mencapai atau untuk mencapai apapun yang dia dapat dari mereka, atau untuk mengusir mereka pergi atau meringankan mereka. Dalam kasus tersebut seseorang harus berusaha dan berusaha, dan juga mencari bantuan Allah.
2 - Hal-hal seperti di mana tidak mungkin, jadi dia harus memiliki ketenangan pikiran, menerima mereka dan tunduk pada kehendak Allah itu.
Tidak diragukan lagi memperhatikan prinsip ini akan membawa kebahagiaan dan meringankan kekhawatiran dan kesusahan.
5 - Salah satu cara terbesar dari isi perasaan dan santai dan memperoleh ketenangan pikiran adalah mengingat Allah banyak (dzikir). Yang memiliki efek yang besar dalam membawa kepuasan dan ketenangan pikiran, dan menghilangkan kekhawatiran dan kesusahan. Firman Allah:
"Sesungguhnya, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram"
[Al-Ra'd 13:28]
Mengingat Allah (dzikir) memiliki efek yang besar dalam mencapai tujuan ini karena memiliki pengaruh khusus dan karena harapan bahwa ia membawa hadiah.
6 - Lain dari cara membawa kebahagiaan dan menghilangkan kekhawatiran dan kesusahan berusaha keras untuk menghilangkan hal yang menyebabkan khawatir dan untuk mencapai hal-hal yang membawa kebahagiaan. Itu mungkin dilakukan dengan melupakan hal-hal buruk di masa lalu yang tidak dapat berubah, dan menyadari bahwa tinggal pada mereka adalah buang-buang waktu. Jadi seseorang harus berusaha untuk menghentikan diri dari memikirkan itu, dan juga berusaha untuk menahan diri dari perasaan cemas tentang masa depan dan hal-hal yang ia bisa bayangkan kemiskinan, ketakutan dan hal-hal buruk lain yang dia pikir mungkin terjadi padanya di masa depan . Dia harus menyadari bahwa masa depan adalah sesuatu yang tidak diketahui, ia tidak bisa tahu apa hal-hal baik atau buruk yang akan terjadi padanya. Yang ada di tangan Yang Mahakuasa, Maha Bijaksana, dan semua hamba-Nya yang dapat dilakukan adalah berusaha untuk mencapai hal-hal baik dan untuk menangkal hal-hal buruk. Seseorang harus menyadari bahwa jika ia mengalihkan pikirannya dari khawatir tentang masa depannya dan menempatkan kepercayaannya kepada Tuhannya untuk menjaga situasi, dan menempatkan pikiran saat istirahat tentang itu, jika ia melakukan itu, maka hatinya akan damai dan situasinya akan membaik dan dia akan terbebas dari kekhawatiran dan kecemasan.
Salah satu cara paling efektif untuk mengatasi kekhawatiran tentang masa depan adalah dengan membaca doa ini 'yang Nabi (damai dan berkah Allah atasnya) digunakan untuk membaca:
"Allaahumma aslih li deeni alladhi huwa 'ismatu amri, wa li aslih dunyaaya allati FIHA ma'aashi, wa li aslih aakhirati allati ilayha ma'aadi, waj'al al-hayaata ziyaadatan li fi kulli khair, wa'l-mawta raahatan li min kulli sharr (Ya Allah, benar komitmen agama saya yang adalah dasar dari hidup saya, dan memperbaiki urusan duniawi saya di mana adalah mata pencaharian saya, dan hibah saya baik di akhirat untuk yang Membuat saya kembali hidup saya sarana terakumulasi. baik, dan membuat kematian istirahat bagi saya dari segala kejahatan) "(HR. Muslim, 2720)..
Dan dia berkata, "Allaahumma rahmataka Arju fa la takilni ila nafsi tarfata 'aynin wa aslih li sha'ni kullahu, laa ilaaha illa anta (Ya Allah, belas kasihan Anda saya harap, jadi jangan tinggalkan aku sendiri bahkan untuk sesaat. dan memperbaiki semua urusan saya tidak ada Tuhan selain Engkau) "(HR. Abu Dawud dengan sanad yang shahih, tidak ada 5090;... digolongkan sebagai hasan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Kalim al-Tayyib, hal 49)..
Apakah seseorang yang berbicara ini itu doa, yang meminta agar urusan spiritual dan duniawi dapat ditetapkan benar atau diperbaiki, dengan kehadiran pikiran yang tepat dan ketulusan niat, sementara berusaha untuk mencapai itu, Allah akan memberinya apa yang telah didoakan, diharapkan dan diperjuangkan, dan Ia akan khawatir ke dalam sukacita dan kebahagiaan.
7 - Jika seseorang mengalami kecemasan dan kesusahan karena bencana, maka salah satu cara yang paling efektif untuk melepaskan diri dari yang memikirkan skenario terburuk yang yang dapat menyebabkan, dan mencoba untuk menerima itu. Ketika ia telah melakukan itu, maka ia harus berusaha untuk mengurangi sebisa mungkin. Dengan cara ini penerimaan dan upaya ini, ia akan buang air dari kekhawatirannya dan kesusahan, dan bukannya mengkhawatirkan ia akan berusaha untuk membawa hal baik dan untuk menghadapi apa pun yang ia dapat dari hal-hal buruk. Jika dia menghadapi hal yang menyebabkan rasa takut atau kemungkinan penyakit atau kemiskinan, maka ia harus menghadapi itu dengan berusaha untuk membuat dirinya menerima bahwa, atau sesuatu yang bahkan lebih buruk, dengan kepuasan, karena dengan membuat dirinya menerima skenario terburuk, ia mengurangi dampak dari hal dan membuatnya tampak kurang mengerikan, terutama jika ia menempati dirinya dengan upaya untuk menangkal itu dari sebanyak yang ia bisa. Demikian serta berusaha untuk mencapai sesuatu yang baik yang akan mengalihkan perhatiannya dari kekhawatirannya tentang bencana, ia juga akan memperbaharui kekuatannya untuk melawan hal-hal buruk, dan menaruh kepercayaan dan ketergantungan kepada Allah. Tidak diragukan lagi hal ini adalah bermanfaat dalam mencapai kebahagiaan dan ketenangan pikiran, sekaligus membawa harapan pahala di dunia dan di akhirat. Ini adalah sesuatu yang terkenal dari pengalaman banyak yang telah mencoba.
8 - keteguhan hati dan tidak terganggu tentang hal-hal imajiner bahwa pikiran buruk dapat membawa ke pikiran. Karena ketika seseorang menyerah pada imajinasinya dan memungkinkan pikirannya terganggu oleh pikiran-pikiran, seperti takut penyakit dan sejenisnya, atau kemarahan dan kebingungan diaduk oleh beberapa hal menyedihkan, atau harapan hal-hal buruk dan hilangnya baik hal, yang akan mengisi dia dengan kekhawatiran, kesusahan, penyakit mental dan fisik dan kerusakan saraf, yang akan memiliki efek buruk pada dia dan yang menyebabkan banyak kerugian, karena banyak orang telah melihat. Tetapi ketika seseorang bergantung pada Allah dan menempatkan kepercayaan pada-Nya, dan tidak menyerah pada imajinasinya atau membiarkan pikiran buruk membanjiri dia, dan ia mengandalkan Allah dan memiliki harapan karunia-Nya, yang wards off kekhawatirannya dan kesusahan, dan meringankan dia dari banyak penyakit mental dan fisik. Ini memberi kekuatan yang tak terlukiskan, kenyamanan dan kebahagiaan ke jantung. Berapa banyak rumah sakit penuh dengan korban sakit jiwa dari ilusi dan imajinasi berbahaya; seberapa sering hal-hal ini memiliki efek pada hati orang-orang yang kuat banyak, apalagi yang lemah; seberapa sering mereka menyebabkan kebodohan dan kegilaan.
Perlu dicatat bahwa hidup Anda akan mengikuti kereta pikiran Anda. Jika pikiran Anda dari hal-hal yang akan membawa Anda mendapatkan keuntungan dalam urusan rohani atau duniawi Anda, maka hidup Anda akan menjadi baik dan bahagia. Jika tidak maka akan sebaliknya.
Orang yang aman dari semua itu adalah orang yang dilindungi oleh Allah dan dibantu oleh-Nya untuk berusaha untuk mencapai itu yang akan menguntungkan dan memperkuat jantung dan menangkal kecemasan. Allah berfirman (interpretasi artinya):
"Dan setiap orang yang menempatkan kepercayaannya kepada Allah, maka Dia akan cukup baginya"
[Al-Talaaq 65:3]
yaitu, Dia akan cukup untuk semua yang mengkhawatirkan dia dalam urusan spiritual dan duniawi. Orang yang menempatkan kepercayaannya kepada Allah akan memiliki kekuatan dalam hatinya dan tidak akan terpengaruh oleh apa pun dia membayangkan atau terganggu oleh peristiwa, karena dia tahu bahwa ini adalah hasil dari sifat manusia yang rentan dan kelemahan dan ketakutan yang tak berdasar . Dia juga tahu bahwa Allah telah menjamin kecukupan lengkap untuk mereka yang menaruh kepercayaan kepada-Nya. Jadi dia percaya kepada Allah dan menemukan ketenangan pikiran dalam janji-Nya, dan dengan demikian kekhawatiran dan kecemasan akan terhalau; kesulitan diaktifkan untuk memudahkan, kesedihan diubah menjadi sukacita, ketakutan diaktifkan untuk perdamaian. Kami meminta Allah untuk menjaga kita aman dan suara, dan untuk memberkati kita dengan kekuatan dan keteguhan hati, dan kepercayaan penuh, karena sesungguhnya Allah telah menjamin semua hal yang baik kepada mereka yang menaruh kepercayaan kepada-Nya, dan telah menjamin untuk menangkal semua buruk dan berbahaya hal dari mereka.
Jika hal buruk terjadi atau ada rasa takut tersebut, maka Anda harus menghitung berkat yang Anda masih menikmati, baik spiritual maupun duniawi, dan membandingkannya dengan hal-hal buruk yang telah terjadi, karena ketika Anda membandingkan mereka, Anda akan melihat banyak berkat yang Anda menikmati, dan ini akan membuat hal-hal buruk tampak kurang serius.
Lihat al-Wasaa'il al-Mufeedah Li'l-Hayaat Al-Sa'eedah oleh al-Rahman Abdul Shatkh 'ibn Sa'di
Ibnul Qayyim menyimpulkan lima belas cara di mana Allah dapat menghilangkan kekhawatiran dan penyesalan. Ini adalah sebagai berikut:
1 - Tauhid al-Ruboobiyyah (keyakinan akan keesaan Ketuhanan Ilahi)
2 - Tauhid al-Uloohiyyah (keyakinan akan keesaan sifat Ilahi)
3 - Tauhid pengetahuan dan kepercayaan (yakni Tauhid al-Asma 'wa'l_Sifaat, keyakinan akan keesaan nama-nama Ilahi dan atribut)
4 - Berpikir dari Allah sebagai di atas tindak pidana apapun untuk hamba-Nya, dan di atas menghukum siapa pun tidak ada penyebab pada bagian dari budak yang akan membutuhkan hukuman tersebut.
5 - Seseorang yang mengakui bahwa ia adalah orang yang sudah melakukan kesalahan.
6 - memohon Allah melalui hal-hal yang paling dicintai-Nya, yang nama-Nya dan atribut. Dua nama-Nya yang mencakup makna semua nama lain dan atribut al-Hayy (Ever-Living) dan al-Qayyoom (Yang Abadi).
7 - Mencari bantuan Allah Alone.
8 - Menegaskan harapan seseorang di dalam Dia.
9 - Sesungguhnya menempatkan kepercayaan seseorang kepada-Nya dan meninggalkan hal-hal kepada-Nya, mengakui bahwa jambul seseorang adalah di tangan-Nya dan bahwa Dia menurut kehendak-Nya, bahwa kehendak-Nya selamanya dieksekusi dan bahwa Dia adalah benar dalam segala hal Ia dekrit.
10-Membiarkan hati seseorang berkeliaran di taman Al-Qur'an, mencari penghiburan di dalamnya dari bencana setiap, mencari penyembuhan di dalamnya dari semua penyakit jantung, sehingga akan membawa kenyamanan bagi kesedihan dan penyembuhan untuk kekhawatiran dan kesusahan .
11-Mencari pengampunan.
12-Pertobatan.
13-Jihad.
14-shalat (doa).
15-Menyatakan bahwa ia tidak memiliki kekuasaan dan kekuatan tidak, dan meninggalkan hal-hal kepada Dia yang di tangan mereka.
Kami meminta Allah untuk menjaga kita aman dan sehat dari kekhawatiran dan untuk membebaskan kita dari penderitaan dan kecemasan, karena Dia adalah Yang Maha Mendengar, Ever-Responsif, dan Dia adalah Selalu Hidup, Abadi.
Dan Allah tahu yang terbaik. Semoga Allah memberi berkat dan damai atas Nabi Muhammad dan keluarganya dan sahabat

JAUHILAH GIBAH, FITNAH DAN SILANG SENGKETA

Sesungguhnya tidak satupun diantara kita yang ingin dijelek-jelekkan, dihina, apalagi difitnah. Namun, dewasa ini ada beberapa orang diantara kita yang merasa digibah dan difitnah oleh orang lain. Ghibah dan Fitnah ini mungkin dilatarbelakangi oleh faktor politis, ekonomi atau faktor lain. Apakah yang dimaksud dengan gibah dan fitnah itu ?
Gibah adalah menceritakan kejelekan orang yang apabila orang tersebut mendengarnya ia tidak akan suka meskipun hal itu benar. Sedangkan Fitnah dikenal dalam ajaran Islam dengan sebutan buhtan atau kebohongan, yaitu berbicara dengan perkataan dusta atau menyebutkan sesuatu yang tidak ada pada seseorang. Dalam kamus diterangkan fitnah adalah suatu perkataan atau pembicaraan yang sengaja disebarkan untuk menjelek-jelekkan orang agar orang mempunyai kesan buruk terhadap orang yang difitnah itu. (Badudu Zain, 1994:408).
Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Tahukah kamu apakah gibah itu ? “Jawab Sahabat : “Allah dan Rasulullah yang lebih mengetahui. Nabi SAW bersabda : “Yaitu menyebut saudaramu dengan apa yang tidak disukainya. Beliau Nabi SAW ditanya : “Bagaimanakah pendapat engkau kalau itu memang (kejadian) sebenarnya ada padanya ? Jawab Nabi SAW : “Kalau memang sebenarnya begitu, itulah yang disebut gibah. Akan tetapi, jikalau menyebut apa-apa yang tidak sebenarnya, berarti kamu telah menuduhnya dengan kebohongan (buhtan atau fitnah).”       (H.R. Muslim)
Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa tidak selamanya orang yang dijelekkan, dihina, atau difitnah itu lebih jelek daripada orang yang menfitnah menjelekkannya bahkan kenyataan yang terjadi dapat pula sebaliknya.
Allah SWT memperingati dalam firman-Nya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri, dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.
(Q.S. Al Hujuraat : 11)
Gibah dilarang dalam ajaran Islam. Orang yang melakukannya bagaikan telah memakan daging bangkai saudaranya.
Sebagaimana Allah SWT memperingati dalam firman-Nya :
“... dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”     (Q.S. Al Hujuraat : 12)
Menurut Ibnu Abbas ra, sebagaimana dikutip oleh al Faqih Abu Laits Samarqandi, ayat itu turun ketika Rasulullah SAW dengan para sahabat sedang mengadakan suatu perjalanan. Ditengah perjalanan, para sahabat diperintahkan agar setiap dua orang yang mampu bersedia membantu seorang yang tak mampu (tentang makanan dan minuman). Salman diikutkan pada dua orang, tetapi ketika ia lupa tidak melayani keperluan keduanya, ia disuruh minta lauk pauk kepada Rasulullah SAW. Setelah ia berangkat, keduanya berkata,”Seandainya ia pergi kesumur, pasti surutlah sumurnya,” Ketika Salman menghadap, Nabi SAW bersabda :“Sampaikan kepada keduanya bahwa kalian sudah makan lauk-pauknya,” Setelah ia menyampaikan hal itu kepada kedua orang tua tersebut, keduanya menghadap Nabi SAW, dan berkata : “Kami tidak makan lauk pauk,” Nabi SAW bersabda : “Aku melihat merahnya daging pada mulut kalian berdua,” Jawab mereka :“Kami sekalian tidak makan lauk pauk dan seharian tidak makan daging,” Kemudian bersabdalah Rasulullah SAW : “Kalian telah membicarakan saudaramu (Salman), maukah kalian memakan daging orang mati’ ? Jawab mereka : “Tidak,” Kemudian Nabi bersabda : “Jika kalian tidak mau memakan daging orang mati, janganlah kalian mengatakan kejelekan orang lain (gibah) sebab perbuatan tersebut sama dengan memakan daging saudaranya.” Kemudian turunlah ayat diatas.
Begitu juga dengan fitnah-menfitnah adalah perbuatan keji yang sangat tidak terpuji. Allah SWT telah secara jelas dan tegas menyebutkan bahwa fitnah itu lebih besar bahayanya daripada pembunuhan dan fitnah lebih besar dosanya daripada membunuh. Dan perbuatan ini merupakan suatu perilaku yang tidak dapat ditoleransi dalam ajaran Islam.
Allah SWT memperingati dalam firman-Nya :
“Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan(seperti menyiksa, mendatangkan bencana, membunuh dan sebagainya) kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, Maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar.”                                     (Q.S. Al Buruj : 10)
Demikianlah bahaya yang muncul akibat adanya fitnah-menfitnah, Allah SWT telah menurunkan satu surat yang diawali dengan kutukan yang sangat keras terhadap setiap pengumpat dan pencela. Keseluruhan itu merupakan peringatan akan adanya hukuman yang keras atas kelakuan ghibah dan buhtan.
Oleh karena itu, seyogyanya bagi umat Islam untuk menjaga perkataanya agar tidak tergelincir untuk menceritakan kejelekan orang lain sehingga ia terjerumus dalam perbuatan gibah dan fitnah. Banyak orang yang beranggapan bahwa menceritakan kejelekan orang yang benar-benar dimilikinya adalah tidak apa-apa. Padahal itu adalah perbuatan gibah, sebagaimana yang diterangkan dalam hadits Rasulullah SAW, sedangkan apabila yang dibicarakan itu tidak benar, ia telah berdusta dan melakukan dosa besar, inilah yang dinamakan fitnah atau dikenal dalam ajaran Islam dengan sebutan buhtan atau kebohongan.
Seseorang telah tergelincir lisannya dengan menceritakan kejelekan orang lain, sesungguhnya telah berbuat dosa, sedangkan kejelekan orang yang diceritakannya akan berpindah kepadanya sementara kebaikannya akan berpindah kepada orang yang diceritakannya.
Selain itu, apabila orang yang diceritakannya tersebut mendengar bahwa kejelekannya diceritakan, tentu saja ia akan marah dan hal ini dapat menimbulkan silang sengketa, perselisihan, perpecahan bahkan permusuhan. Oleh karena itu, setiap muslim harus berusaha untuk tidak menceritakan kejelekan orang lain atau lebih baik diam. Hal ini akan lebih menyelamatkannya, baik di dunia maupun di akherat.
Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berbicara yang baik atau lebih baik diam.”         (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dan apabila mendengar seseorang yang melalukan gibah atau membicarakan hal-hal kotor lainnya tentang seseorang, hendaklah menghindar dari orang tersebut agar tidak terlibat dalam perbuatan tercela tersebut. Dan kalau mampu, tegurlah agar tidak membicarakan kejelekan orang lain.
Sebagaimana Allah SWT memperingati dalam firman-Nya : 
“Dan apabila mereka mendengar Perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: "Bagi Kami amal-amal Kami dan bagimu amal-amalmu, Kesejahteraan atas dirimu, Kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil".                 (Q.S. Al Qashas :55)
Wallahu A’lam.

SANTUNILAH KEDUA ORANG TUAMU

Allah SWT memperingati dalam firman-Nya :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”.    (Q.S. Luqman :14-15)
Salah satu bentuk taqwa kepada Allah SWT adalah kita melaksanakan hak Allah dan hak-hak hamba-Nya. Dimana hak yang terbesar diantara hamba Allah adalah hak orang tua. Islam telah meletakkan kedua orang tua pada kedudukan yang mulia dan tinggi. Allah SWT telah menegaskan di dalam Al Qur’an bahwa setiap muslim wajib untuk mentauhidkan-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun. Kemudian disertai dengan perintah untuk senantiasa berbuat baik kepada kedua orang tua. Dan orang tua adalah pembawa berkah dalam kehidupan anaknya.
Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an :
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa.”
(Q.S.An Nisa’ : 36)
Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa keridhoan Allah SWT bersama keridhaan orang tuanya dan kemurkaan Allah SWT bersama kemurkaan orang tua. Yang maksudnya adalah Allah SWT akan meridhoi seseorang apabila orang tuanya meridhoinya dan sebaliknya, Allah juga akan memurkai seseorang jika orang tuanya memurkainya.
Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat yang memperingatkan setiap muslim agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Dimana, hampir setiap perintah untuk menyembah Allah disertai dengan perintah untuk berbakti kepada kedua ibu bapak. Islam mengajarkan tidak adanya jarak antara anak dan kedua orang tuanya walaupun sedikit. Karena itu seorang anak harus senantiasa dekat dan merasa dekat dengan keduanya dalam keadaan apapun juga. Kebaktian anak terhadap orang tua pada hakekatnya bukan untuk orang tuanya semata dan bukan untuk membalas jasa kedua ibu bapaknya, tetapi untuk anak itu sendiri. Karena mustahil bagi seorang anak untuk dapat membalas segala kebaikan orang tua sekalipun dalam bentuk apapun juga.
Rasulullah Saw pernah bersabda :
“Berbaktilah kepada orang tuamu, niscaya anak-anakmu akan berbakti kepadamu”.                             (H.R. Thabrani)
Apa yang dilakukan seseorang terhadap kedua orang tuannya, tak ayal dilakukan oleh anak-anaknya terhadap dirinya. Kenyataan-kenyataan hidup membuktikan hal ini. Betapa banyak seorang anak secara langsung maupun tidak langsung mencaci maki kedua orang tuanya, hingga ia dikatakan sebagai pendurhaka kepadanya, lalu anak-anaknya mendurhakainya dan mengotori kejernihan hidupnya. Dan betapa banyak pula seorang anak berbuat kebajikan kepada kedua orang tuanya dengan ucapan dan perbuatan yang akibatnya anak-anaknya melakukan kebajikan dan penghormatan kepadanya.  
Dalam kitab Tanbihul Ghofilin disebutkan bahwa ada sepuluh tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang anak kepada kedua ibu bapaknya, antara lain :
1.    Memberinya makan bila dibutuhkan.
2.    Memberi pelayanan yang baik, bila dibutuhkan.
3.    Menyahut panggilannya jika keduannya memanggil.
4.    Mentaati semua perintah keduanya, kecuali perintah maksiat.
5.    Berbicara dengan sopan santun dan lemah lembut.
6.    Memberinya pakaian jika keduanya membutuhkan.
7.    Berjalan dibelakangnya, tidak boleh mendahuluinya.
8.    Mengusahakan kerelaannya dengan sesuatu yang dia sendiri rela.
9.    Menjauhkan dari padanya sesuatu yang dia sendiri pun menjauhinya.
10.    Mendo’akannya agar mendapat ampunan Allah SWT.
Sebagai anak yang shaleh maka tugas-tugas berbakti, menyantuni dan berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan tugas utama sebelum tugas-tugas duniawi lainnya dilaksanakan. Inilah ajaran-ajaran Islam yang terkandung dalam Al Qur’an :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.        (Q.S. Al Isra’ : 23)
Hari ini, ada satu fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat yaitu mulai terkikisnya rasa hormat anak terhadap kedua ibu bapaknya dan sebagian dari kita telah melupakan tanggung jawabnya terhadap kedua orang tua meskipun belum sampai mengantarkan mereka ke pusat-pusat penjagaan orang tua (panti jompo dan lainnya) seperti yang terjadi di negara lain. Tetapi tidak mustahil pada masa akan datang peristiwa ini akan terjadi di negeri kita. Hari ini tidak bisa kita pungkiri bahwa nilai menghormati orang tua sudah mulai luntur dalam kehidupan masyarakat yang mengarah kepada kedurhakaan. Sungguh perbuatan yang dzalim seorang anak yang membiarkan orang tuanya ketika sangat memerlukan cinta dan kasih sayang anaknya. Maka tidak heran kalau hari ini telah lahir “Si Malin Kundang dan Si Dedap” dalam bentuk baru di dunia yang modern ini.
Lalu dimana kesalahannya ? Bukankah bagaimana hebat pun dan berjayanya seorang anak, tidak akan bermakna tanpa diberkati oleh orang tuanya. Mungkin ia terjadi karena cinta dan kasih sayang orang tua tidak mengalir dalam diri anaknya ketika mereka di alam kanak-kanak atau masa remaja atau mungkin anak yang sudah dipengaruhi oleh gaya kehidupan modern yang egoistis serba  materialis, yang merasa mereka lebih hebat dibandingkan dengan orang tuanya.
Anak dan orang tua mempunyai hubungan yang tidak akan pernah terputus selama anak senantiasa tetap mendoakan kedua orang tuannya. Dan inilah sebenarnya harapan setiap orang tua terhadap anak-anaknya. Doa anak kepada kedua orang tuannya sangat dianjurkan di dalam Islam, baik ketika mereka masih hidup apalagi ketika mereka sudah kembali ke rahmatullah.
Allah SWT memperingati dalam firman-Nya :
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".         (Q.S. Al Isra’ : 24)
   Dan Rasulullah SAW pun juga telah mengajarkan kepada kita satu do’a yang selalu kita baca setelah melaksanakan shalat :
“Ya Allah, Ampunilah dosaku dan dosa kedua ibu bapakku dan kasihanilah mereka berdua seperti mereka mendidikkku di waktu kecil”.
Oleh karena itu amatlah wajar kita senantiasa berbakti, menyantuni dan berbuat baik serta berdo’a kepada Allah SWT agar mereka berdua senantiasa mendapat keampunan dan rahmat Allah SWT. Semoga kita termasuk orang yang shaleh, senantiasa berbakti kepada kedua orang tua setiap saat dan dimana saja kita berada. Amin.
Wallahu A’lam.

LIMA NASEHAT AGAMA

Firman Allah SWT :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”                         (Q.S. Al Hasyr : 18)
Alhamdulillah, detik-detik peralihan dari tahun 1428 H ke tahun 1429 H telah berlalu dan berjalan dengan mulus, semoga kemulusan ini menandai kesuksesan langkah-langkah kita. Dalam memasuki hari-hari yang baru seyogyanya bagi kita untuk senantiasa melakukan “Muhasabah” membuat perhitungan dan neraca untung rugi apa yang telah kita lakukan. Dengan masuknya tahun baru kita hilangkan persepsi sementara orang bahwa dengan bertambahnya tahun, maka akan bertambah pula umurnya. Ini adalah persepsi yang sangat keliru. Bertambahnya tahun, bukan berarti bertambahnya umur kita, tetapi bertambahnya tahun berarti akan memberikan pelajaran yang tidak sedikit dalam perjalananan hidup kita. Dan bagi umat Islam waktu maupun hari, apapun yang berlaku di alam semesta ini adalah dalam genggaman Allah “Allah Malikal Mulk”.
Dalam haditsnya Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Barangsiapa hari ini lebih baik daripada hari kemarin, maka dialah orang yang beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan hari kemarin, maka dialah orang yang rugi. Dan barangsiapa hari ini lebih buruk daripada hari kemarin, maka dialah orang yang tercela”.
Oleh karena itu tidak ada pilihan yang lain bagi kita kecuali memilih yang pertama, yakni menjadi orang yang beruntung, dengan bertekad untuk meningkatkan kualitas hidup di masa-masa yang akan datang.
Diceritakan dari Abu Hurairah ra, suatu ketika ditengah-tengah para sahabatnya Rasulullah SAW menyampaikan satu penawaran (motivasi agar para sahabatnya semakin bertaqwa kepada Allah SWT). Penawaran ini terkenal dalam literatur-literatur Hadits disebut sebagai lima prinsip ajaran yang sangat penting atau lima nasehat agama.
Adapun lima nasehat agama yang telah disampaikan oleh Rasulullah SAW itu adalah :
Pertama    :“Ittaqil maharim takun ‘abadan-nas“
(Hindarilah hal-hal yang diharamkan oleh Allah, niscaya engkau menjadi orang yang paling baik ibadahnya kepada Allah SWT)
Agar nilai ibadah kita diperhatikan dan diterima oleh Allah SWT, ada sisi-sisi tertentu yang sangat penting harus diperhatikan, yakni bahwa ibadah yang kita lakukan jangan sampai sedikitpun tercampur dengan aktifitas maksiat kepada Allah SWT sehingga menjadi orang yang bersih. Orang yang bersih akan selalu menghindar dari kemungkaran dan kemaksiatan, dan tidak akan ikut berbuat kemungkaran dan kemaksiatan meskipun dalam lingkungan dan suasana yang mungkar dan maksiat. Dengan demikian antara ibadah yang kita jalankan sinkron dengan kehidupan sehari-hari dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
Kedua    :”Wardla bima qasamullahu laka takun aghan-nas”
(Terimalah dengan suka cita, senang hati pa yang sudah diberikan Allah kepadamu niscaya engkau akan menjadi orang yang merasa kaya).
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang kita memang ke sana ke mari mengejar rezki bagaikan burung-burung ketika mencari makan. Tetapi kalau burung setiap sore hari sudah merasa puas dan pulang ke sangkarnya, namun kebanyakan manusia banyak yang merasa tidak puas bahkan menggerutu kepada Allah SWT.  Rasulullah SAW bersabda :
“Seandainya cucu Adam memperoleh dua lembah yang berisi emas, niscaya dia akan meminta tiga lembah’                     (Muttafaqun ‘Alaih)
Penyebab terjadinya penyimpangan-penyimpangan dan pelanggaran-pelanggaran baik yang berkaitan dengan ekonomi maupun lainnya adalah ketidak puasan yang sering muncul dalam hati manusia. Akan tetapi kalau seseorang bersifat “Qonaah”, Insya Allah akan menjadi orang yang lurus dan tidak terseret ke dalam perbuatan yang tidak di ridhai oleh Allah SWT.
Ketiga    :”Wa-ahsin jarika takun mukminan”
(Berbuat baiklah kepada tetangga niscaya kamu menjadi mukmin sejati)
Salah satu syarat kesempurnaan iman kita diukur dari sejauh mana sikap baik kita kepada tetangga. Bahkan interaksi kehidupan bertetangga ini menjadi tolok ukur sejauh mana shalat, puasa dan hajinya patut diterima oleh Allah SWT.
Rasulullah SAW pernah menjelaskan bahwa seseorang yang mulut dan perilakunya menyakiti tetangga, sungguhpun tekun, zakatnya banyak, puasanya penuh, hajinya berkali-kali, maka dia adalah ahli neraka. Naudzubillahi min-dzalik. Oleh karena itu disamping kita meningkatkan kualitas ibadah, kita patut menjaga kualitas pergaulan kita yang Islami, berbuat baik kepada tetangga baik tetangga dekat maupun tetangga jauh.
Keempat:”Wa-ahibba linnasi ma-tuhibbu linafsihi takun musliman”
(Cintailah orang lain sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri niscaya engkau menjadi muslim sejati).
Kesimpulan kita terkadang ternoda oleh sikap kita sendiri, dan kesempurnaan Islam kita juga merupakan hasil upaya kita dalam berbuat sebaik-baiknya kepada diri kita dan orang lain.
Diceritakan dari Anas Bin Malik ra. Rasulullah Saw bersabda :
“Orang belum dapat merasakan kemanisan iman, sampai ia dapat mencintai orang lain yang hanya dicintainya karena Allah saja, sampai ia lebih suka dilemparkan ke dalam api daripada kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya ; dan sampai ia mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih daripada yang lainnya”                            (H.R. Bukhari).
Dari hadits ini kiranya dapat kita jadikan sebagai pelajaran bahwa apapun yang kita senangi, baik berupa kebahagiaan maupun kebaikan yang telah kita kenyam seyogyanya dapat pula dikenyam oleh saudara-saudara -.sesama umat Islam.
Kelima    :”Wala tuktsiridlihiki fa-inna katsratadh-dhihiki tumitulqalb”
(Janganlah engkau terlalu memperbanyak tertawa, sebab banyak tertawa akan membuat hati mati).
Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Barangsiapa yang tertawa pada masa mudanya, dia akan menangis pada masa pikunnya. Dan barangsiapa yang tertawa pada masa hidupnya, dia akan menangis pada waktu matinya”. 
Dalam haditsnya yang lain Rasulullah SAW juga bersabda :
“Bacalah Al Qur’an dan meangislah. Kalau kamu tidak dapat menangis, maka berpura-pura menangislah (berusaha menangis”
Inilah Lima Nasehat Agama yang sangat penting yang pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW kepada Abu Hurairah ra.dan para sahabat lainnya. Semoga kita dapat mengamalkannya, senantiasa berusaha terus menerus meningkatkan taqwa kepada Allah SWT sepanjang hidup ini sampai kita memperoleh kepastian bahwa ketika kita dipanggil oleh Allah SWT memang berada dalam Islam dan dalam ketaqwaan yang prima, serta termasuk golongan orang-orang yang beruntung yang senantiasa mendapat ridho Allah SWT. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

PANDANGAN HIDUP SEORANG MUSLIM

Firman Allah SWT :
"Hai orang-orang yang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan, sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu."(Q.S. Al Baqarah :208)

Setiap umat atau kaum ataupun bangsa memiliki pandangan hidup sebagai sikap dasar dalam berpikir dan bertingkah laku. Bangsa Indonesia memiliki pandangan hidup yang tersimpul dalam Pancasila. Bangsa Amerika memiliki Way of Life of Amerika yang khas. Sebagai pemeluk agama Islam maka setiap muslim pun harus mempunyai Way of Life (pandangan hidup) ini.

Al Qur’an dan Al Hadits sebagai sumber utama ajaran Islam. Maka di dalamnya terkandung peraturan-peraturan tentang segala aspek kehidupan yang sifat mengikat bagi setiap orang yang mengaku sebagai seorang muslim untuk melaksanakannya sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an :
“Dan Kami (Allah) tiada membebani seseorang melainkan menurut kesanggupannya dan pada sisi Kami ada suatu Kitab yang membicarakan kebenaran dan mereka tiada dianiaya.” (Q.S. Al Mukminun : 62)
Dalam melaksanakan (mengamalkan) isi al Qur’an dan Al Hadits setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Akan tetapi dalam ayat di atas memberikan isyarat bahwa setiap muslim dituntut untuk taat semaksimal mungkin dan bukan seenaknya sendiri. Siapa yang enggan dan diliputi perasaan malas melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNYA, maka iapun akan mendapatkan balasan setimbang dengan itu. Dan siapa yang bersungguh-sungguh melaksanakan dan mengamalkan isi Kitab Allah dan Sunah Nabi SAW maka ia pun akan mendapatkan balasan keutamaan sebagaimana dijelaskan dalam ayat diatas bahwa segala amal perbuatan manusia di catat dalam suatu kitab di sisi allah SWT dan setiapa manusia akan diberikan balasan sebagaimana amal perbuatannya ketika di dunia.
 

Al Qur’an merupakan Undang-undang dasar bagi setiap muslim. Pedoman hidup dalam kehidupan. Rem cakram dalam pergaulan. Sementara Sunah Nabi SAW sebagai pelengkap sebagai penjabarannya dan merupakan operasionalnya. Oleh karena itu Rasulullah SAW memberikan jaminan kepada siapapun yang berpegang teguh berpedoman kepada Al qur’an dan Al Hadits maka ia tidak akan pernah tersesat baik mengenai urusan dunia maupun urusan akhirat sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Aku tinggalkan untuk kalian dua pusaka, dan kalian tidak akan tersesat selama berpegang (berpedoman) pada keduannya yaitu Kitab Allah (Al Qur’an) dan Sunahku (Al Hadits).” (HR. Muslim)

Dengan demikian setiap muslim harus berpedoman kepada Al Qur’an dan Al Hadits sebagai Wayb of Life (pandangan hidup) nya. Apakah setiap langkahnya sudah lurus dan benar ataukah menyimpang, maka yang dijadikan kriteria adalah Al Qur’an dan al Hadits. Seorang muslim yang baik akan membenarkan hal ini. Bila gerak dan langkahnya sudah selaras dengan al Qur’an dan As Sunah maka ia akan berusaha istiqomah, tetapi bila ia merasa menyimpang dan apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan Al Qur’an dan Al Hadits, maka dengan kejujuran hati berani mengoreksi kesalahan dirinya, lalu dengan penuh berani pula berusaha surut dari langkahnya yang diketahuinya menyimpang, bertaubat dan kembali berusaha menserasikan dirinya lagi dengan tuntunan Al Qur’an dan Al Hadits, karena dari sinilah keberuntungan yang sebenarnya dan kesuksesan hidup akan ia dapatkan. Jadi Al Qur’an dan Hadits merupakan pandangan hidup bagi setiap muslim yang akan mengantarkannya menuju kesuksesan dunia dan akhirat. Allah SWYT berfirman dalam Al Qur’an :
“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari tuhannya dan merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al Bawqarah : 5)
Wallahu A’lam.